Banyak masyarakat awam yang belum tahu siapa sebenarnya pemilik
taksi Blue Bird yang paling digandrungi masyarakat kota tersebut. Taksi
ini didirikan sejak tahun 1972 silam. Lantas siapakah pemiliknya?
Blue
Bird didirikan lahir sejak tahun 1972, oleh Almarhumah Ibu Mutiara Siti
Fatimah Djokoseotono SH, bersama kedua puteranya, dr. H. Chandra
Suharto (sekarang sudah almarhum), dan dr. H. Purnomo Prawiro.
Prof.
Djokosoetono SH sendiri adalah salah seorang tokoh pendiri dari
Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Perguruan Tinggi Hukum Militer,
dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Sepanjang hidupnya,
dedikasikan untuk bidang pendidikan, khususnya bidang Ilmu Hukum.
Pada
tahun 1965, meninggal dunia. Berkat jasa-jasanya kepada Negara,
mendapatkan gelar Pahlawan Nasional dan dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata. Kepada keluarganya, pemerintah, dalam hal ini PTIK
dan PTHM masing-masing menghibahkan 1 buah unit mobil sedan.
Kedua
mobil inilah yang lalu digunakan Almarhumah Ibu Mutiara Djokosoetono,
bersama kedua puteranya menjadikannya usaha taksi jam-jaman, taksi
gelap, karena pada waktu itu belum ada taksi berargometer.
Baru
pada tahun 1970, Pemerintah DKI mengeluarkan ijin taksi resmi untuk
taksi meter seperti kota-kota metropolitan lainnya. Merasa memiliki
pengalaman di bidang jasa trasnportasi, Ibu Djoko turut serta mengajukan
ijin, namun ditolak karena dianggap tidak kompeten karena hanya usaha
'rumahan', atau 'garasi'.
Namun berkat
kegigihan beliau, pada tahun 1972, akhirnya ijin taksipun diberikan.
Lahirlah perusahaan baru, Blue Bird yang mengoprasikan taksi meter
pertama kali pada tanggal 1 Mei sebanyak 25 unit. Tanggal tersebut
sampai saat ini diabadikan menjadi hari ulang tahun Blue Bird.
Nama
Blue Bird sendiri terinspirasi dari sebuah dongeng berasal daratan
Eropa, yang menceritakan kisah seorang gadis malang yang hidup sebatang
kara. Dalam usahanya mendapatkan kebahagiaan, dia berdoa kepada Tuhan
untuk mendapatkan pertolongan. Akhirnya doanya dikabulkan.
Dalam
mimpinya gadis itu diperintahkan mencari seekor burung biru, untuk
mendapatkan kebahagiaan. Dalam perjuangannya, banyak godaan yang harus
dilewati oleh sang gadis, yakni kejujuran, kerja keras dan kepedulian
terhadap sesama. Setelah melewati ujian tersebut sampailah dia
mendapatkan si Burung Biru, burung pembawa kebahagiaan.
Nilai-nilai
filosifis inilah yang kemudian diadopsi oleh Almarhumah Ibu
Djokosoetono, SH dalam menjalankan perusahaan jasa transportasi Blue
Bird. Nilai-nila ini sampai saat ini tetap tertanam, serta menjadi
budaya perusahaan yakni, jujur, kerja keras, disiplin dan kekeluargaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atensi Anda, salam sukses